Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Kisah Khalifah Umar bin Al Khattab, Khalifah Adil Penyantun Fakir Miskin

Minggu, 28 Juli 2024 | 20:52 WIB Last Updated 2024-07-28T13:52:14Z
Daftar Isi [Tampilkan]
Kisah Khalifah Umar bin Al Khattab
Umar bin Al Khattab | Foto Youtube "KAFFAH STUDIO"

Umar bin Al Khathab merupakan salah satu sahabat dekat Rasulullah Muhammad SAW sekaligus Khalifah Khulafaur Rasyidin yang kedua menggantikan Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq. Ia menjadi Khalifah menggantikan Abu Bakar pada tahun 13 Hijriyah. Nama aslinya Umar bin Al Khattab bin Nufail bin Abdul Uzza bin Rabbah bin Abdillah bin Qarth bin Razah bin Adi bin Ka’ab bin Lu’ai. Ibunya bernama Hantamah binti Hasyim bin Al Mughirah bin Abdillah bin Amru bin Makhzum. Umar dilahirkan 13 tahun setelah penyerangan Ka'bah oleh pasukan bergajah pimpinan Abrahah. Umar masuk Islam enam tahun setelah Rasulullah diwahyukan menjadi Rasul ketika ia berusia 27 tahun. Rasulullah pernah berdoa “Ya Allah, kokohkanlah agama Islam dari salah satu dari orang yang paling Engkau cintai, yakni dengan Umar bin Al Khathab atau dengan Abu Jahal bin Hisyam”. Ternyata di antara kedua orang itu, salah satunya masuk Islam, yaitu Umar bin Al Khathab. 

Sebelum memeluk agama Islam, Umar merupakan seorang yang sangat keras dalam menentang dakwah Nabi, namun setelah masuk Islam, ia menjadi tokoh terkemuka pejuang dakwah Islam, sahabat Rasulullah, dan juga mertua dari Rasulullah karena Rasulullah menikahi putri Umar yang bernama Hafshah. Umar masuk Islam diawali dengan keinginannya untuk membunuh Nabi Muhammad, namun ditengah perjalanan ia bertemu dengan Nu'aim bin Abdullah yang memberitahunya bahwa adik perempuannya, Fathimah telah masuk Islam bersama suaminya, Sa’id bin Zaid. Ia lalu pergi menemui adiknya, sesampainya di rumah Fatimah, Umar begitu marah dan memukul iparnya dengan ganas, namun tidak membuat adiknya dan iparnya meninggalkan agama Islam. Umar kemudian meminta mereka membaca kembali ayat-ayat suci Al Qur’an tadi dan Umar sangat terpesona dengan lantunan ayat suci Al Qur’an tersebut sehingga ia kemudian datang menemui Rasulullah dan langsung menyatakan keislamannya. Dengan masuk Islamnya Umar, membuat umat Islam semakin tangguh dan kuat, karena Umar merupakan salah satu tokoh yang disegani di suku Quraisy.  

Umar adalah sosok yang tinggi besar, lebat bulu badannya, rambutnya terurai dari kedua sisi bahunya, berkulit putih kemerah-merahan, berjenggot lebat, berkumis tebal, dan menyemir ubannya dengan Hana’ (pohon sejenis pacar). Umar juga merupakan pria yang tangguh, adil, bertanggung jawab, keras dalam menyelesaikan suatu masalah, luas ilmunya, santun terhadap rakyat, berwibawa, dan disegani oleh lawan-lawannya. Umar menjadi Khalifah kaum muslimin selama kurang lebih 10 tahun, yaitu dari tahun 634 Masehi hingga tahun 644 Masehi. 10 tahun masa pemerintahannya itu ia lalui dengan berbagai ekspansi ke seluruh penjuru negeri. 

Selama memerintah, Umar telah memberikan banyak kontribusi dan prestasi terhadap perkembangan dakwah Islam, seperti perluasan wilayah, administrasi negara, perekonomian, hingga stabilitas dan keamanan negara, sehingga banyak yang menyebut Umar sebagai pendiri Negara Islam. Ketika Abu Bakar Ash Shiddiq sakit, ia menunjuk Umar untuk menggantikannya sebagai Imam shalat. Diantara karakteristik kepemimpinan Umar adalah Musyawarah, pelayanan negara untuk rakyat, menjunjung kebebasan dan tidak menyukai perbudakan, serta sering turun langsung untuk melihat kondisi rakyatnya. Meskipun ia adalah seorang Khalifah dan Amirul Mukminin, ia tidak pernah hidup bermewah-mewahan bergelimang harta, ia lebih memilih untuk hidup sederhana dan lebih mengutamakan kesejahteraan rakyatnya. 

Suatu malam, ia pernah berjalan-jalan untuk memantau kondisi rakyatnya, ia mendengar suara anak-anak yang menangis karena lapar, ia melihat seorang ibu yang memasak air yang didalamnya batu agar anaknya percaya bahwa ia sedang memasak makanan. Mengetahui hal itu, Umar segera kembali ke Baitul Mal dan membawakan sendiri gandum serta minyak untuk kebutuhan keluarga tersebut, tanpa si keluarga itu tahu bahwa itu adalah sang Khalifah.    

Suksesi Kekhalifahan 


Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq wafat pada hari senin tanggal 21 Jumadil Akhir tahun 13 Hijriyah. Sebelum wafat, Abu Bakar sempat melakukan perundingan dengan sahabat-sahabatnya perihal siapa yang akan menggantikannya kelak. Berdasarkan beberapa pertimbangan, Abu Bakar memutuskan untuk menunjuk Umar bin Khattab sebagai Khalifah penggantinya. Pembaiatan Umar sebagai Khalifah Merupakan sebuah pemilihan yang menyerupai suksesi kepemimpinan layaknya putera mahkota pada sistem monarki, namun Khalifah Abu Bakar tetap meminta pendapat dari para sahabat melalui musyawarah sehingga tidak begitu terkesan otoriter. 

Pemerintahan Umar bin Khattab mampu menghantarkan negara Islam menuju masa kegemilangannya dengan bertambah luasnya wilayah Islam serta rakyat yang semakin makmur. Beberapa peperangan yang terjadi di masa Umar diantaranya Peperangan Yarmuk tanggal 5 Rajab tahun 13 Hijriyah, peperangan Qadisiyah tahun 14 H, Peperangan Nahawand tahun 19-20 H, serta pembebasan Mesir dan Syam tahun 20 Hijriyah. 

Penaklukan Di Era Umar bin Khattab   


Khalifah Umar banyak melakukan ekspansi ke perbatasan negara Islam ketika itu seperti ke Mesir, Syam, Persia, hingga Azerbaijan. Wilayah islam ketika itu membentang Khurasan di timur, Syam di utara, Mesir di sebelah barat, dan negeri Yaman di sebelah selatan, dengan luas wilayah yang mencapai 1.500.000 km2. Ibukota negeri Syam, Damaskus berhasil ditaklukkan pada tahun 635 Masehi, dan setahun setelah itu, meletuslah Peperangan Yarmuk melawan Kekaisaran Byzantium yang menyebabkan seluruh wilayah Syam jatuh ke pelukan kaum muslimin. Pada tahun 641 Masehi, ia menugaskan Amru bin Al Ash untuk memimpin pasukan ke Mesir dan berhasil menguasai Iskandariyah, Ibukota Mesir ketika itu. Ia juga menugaskan Sa’ad bin Abi Waqqash untuk melakukan ekspansi ke sebelah timur tepatnya ke negeri Irak dan berhasil menaklukkan Kota Al Qadisiyah di Irak tahun 637 Masehi. 

Di tahun yang sama, Umar kemudian melanjutkan ekspansinya ke negeri Persia dan berhasil menguasai Kota Al Madain, Ibukota Persia Kuno ketika itu. Tahun 641 Masehi, kaum muslimin berhasil merebut Kota Mosul, dengan demikian, kekuasaan kaum muslimin ketika itu meliputi Semenanjung Arabia, Palestina, Suriah, Persia, hingga Mesir. 

Semua kemenangan yang diraih kaum muslimin merupakan buah dari kesabaran, keberanian, persatuan, dan ketangguhan kaum muslimin ketika itu. Umar bin Khattab pernah berpidato kepada rakyatnya “Sesungguhnya kalian tidak hanya cukup tinggal di Hijaz (Mekkah dan Madinah) saja, karena Nabi pernah menjanjikan kalian akan penaklukkan Negeri Kisra dan Kaisar”. 

Ketika menaklukkan suatu wilayah, umat islam tidak hanya bertujuan untuk mempertahankan eksistensi agama Islam saja, melainkan juga tetap membiarkan adanya agama yang ada di wilayah itu tanpa menyakiti atau membunuh penduduk wilayah taklukkan. Khalifah Umar melarang tentaranya untuk merusak bangunan peribadatan umat agama lain dan juga melarang mereka untuk mempersulit mereka dalam beribadah. Khalifah Umar juga menyebarkan Islam di wilayah taklukkan dengan membangun masjid, majelis ilmu, serta madrasah-madrasah. Ia juga mengirim beberapa sahabat ke wilayah taklukkan untuk mengajarkan Islam, seperti Abdullah bin Mas’ud yang dikirim ke Kufah, Abu Musa Al Asy’ari dan Anas bin Malik dikirim ke Basrah, Muadz bin Jabal dan Abu Darda ke negeri Syam, dan Abdullah bin Amru bin Al Ash ke negeri Mesir. 

Salah satu prestasi Khalifah Umar ialah membangun Baitul Mal, yang berfungsi sebagai lembaga pengelolaan keuangan negara islam. Selain itu, ia juga membangun beberapa lembaga lainnya seperti Lembaga Pelayanan Militer, lembaga Kehakiman dan Eksekutif, Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Islam, serta Lembaga Jaminan Sosial. 

Wafatnya Umar bin Khattab 

Umar bin Khattab wafat tanggal 25 Dzulhijjah tahun 23 Hijriyah setelah dibunuh oleh seorang budak Persia bernama Abu Lu’lu’ah ketika ia sedang mengimami shalat subuh. Abu Lu’luah adalah seorang budak milik Mughirah bin Syu’bah. Pembunuhan ini dilatarbelakangi oleh rasa sakit hati Abu Lu’lu’ah karena kaum muslimin menaklukkan Kekaisaran Persia yang merupakan kerajaan adidaya pada masanya. 


Referensi : 
[1] Ilahiyah., I, dan Salim., M. 2019. Karakteristik Kepemimpinan Khulafaur Rasyidin. El Islam. 1 (1) : 44. 
[2] Pratama., M, dan Sujati., B. 2018. Kepemimpinan dan Konsep Ketatanegaraan Umar bin Al Khathab. Jurnal Sejarah Peradaban Islam. 2 (1) : 63.